. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 07 Agustus 2016

Memahami Prilaku Turis China di Bali, Biar Destinasi Lain Melek

Turis asal China kini wara-wiri di Bali, bahkan beberapa bulan di semester awal tahun ini, jumlahnya sempat menggeser wisatawan mancanegara (wisman) asal Australia yang selama ini selalu mendominasi kunjungan wisman di Pulau Dewata.

Meningkatnya kunjungan turis bermata sipit asal Negeri Panda ini tak terlepas dari pemberian Bebas Visa Kunjungan (BVK) dan semakin meningkatnya direct flight ke Bali. Bahkan baru-baru ini ada charter flight dari 6 kota di daratan China ke Manado, Sulawesi Utara.

Di satu sisi peningkatan wisman China jelas menambah pundi-pundi kunjungan wisman ke Indonesia, apalagi Indonesia menargetkan kunjungan 20 juta wisman hingga tahun 2019. Namun di sisi lain kehadiran mereka memberi citra tersendiri.

Maklum sebelumnya terdengar banyak kabar tak sedap tentang prilaku wisman China. Ada yang bilang cerewet, berisik, pelit, jorok, dan kalau sarapan di hotel bukan main maruk.

Kabar miring itu pun diakui sejumlah kalangan industri wisata di Bali, termasuk dari Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Badung, Bali serta pihak dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Asisten Deputi Pengembangan SDM Kepariwisataan, Kemenpar, Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan banyak wisman asal China yang reseh. “Mereka bisanya bergerombol dan maunya inap di satu hotel, sehingga tamu asing atau bule asal Australia dan Eropa banyak yang tidak mau lagi bergabung atau menginap di hotel tersebut. Ini juga harus diperhatikan dan disiasati karena turis bule inginnya tenang dan privacy.Sementara turis China berisik,” ungkap Wisnu.

Selain reseh, soal makan, lanjut Wisnu, wisman China juga banyak dan bahkan suka dimasukan ke kantong kresek. “Jadi hotel-hotel harus pandai menyiasati, seperti yang dilakukan oleh pengelola hotel-hotel di Bali. Namun bagaimanapun kita butuh peningkatan jumlah wisman dari China,” aku Wisnu seraya menambahkan kalau wisman China lebih tertarik berbelanja ketimbang melihat objek wisata.

Soal makan dalam porsi tak biasa, seorang pramusaji di salah satu hotel yang ramai diinapi wisman China membenarkan hal itu. “Wisman China suka mengambil makanan dalam jumlah banyak dan kemudian membungkus makanan untuk dibawa pergi,” ujar pramusaji yang enggan disebut namanya.

Namun pramusaji itu mengaku tidak terkejut dengan pola tingkah wisman China itu. “Kami sudah dikasih tahu sebelumnya, oleh pengelola hotel. Begitu juga dengan hotel-hotel lain,” akunya.

Menurut Kepala Seksi (Kasi) dan Layanan Informasi Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Badung I Nyoman Arya Wiranata mengamini bahwa wisman China kalau makan pagi di hotel, porsinya seperti untuk 3 orang padahal untuk sendiri. “Kayak nggak mau rugi,” ujarnya.

Untuk menyiasatinya, lanjut Arya, sejumlah pihak hotel sampai mencantumkan himbauan berbahasa Mandarin, yang artinya ‘Ambilah Makanan Seperlunya’ yang ditaruh di hampir seluruh makanan setiap sarapan. Namun himbauan itu tidak digubris. Sejumlah turis China masih saja ada yang membungkus makanan di kresek meskipun sudah diperingatkan.

Saat berkesempatan ke Bali untuk peliputan Rapat Koordinasi (Rakornas) Perguruan Tinggi se-Indonesia 2016 dan Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Bagi Jurnalis yang digelar Kemenpar di hotel berbeda di Kabupaten Badung, Bali selama 3 hari, 3-5 Agustus, TravelPlusIndonesia penasaran ingin membuktikan apa benar penilaian banyak pihak terkait prilaku wisman China di Bali khususnya seperti itu.

Berdasarkan pengamatan langsung, sekurangnya TravelPlusIndonesia mencatat ada sepuluh (10) kebiasaan ‘unik’ wisman China saat berwisata di pulau para dewa itu. Pertama, benar kalau sarapan di hotel mereka mengambil jatah makanan seperti orang kelaparan. Porsinya bahkan lebih besar dibanding orang bule.


Kenyataan itu, TravelPlusIndonesia temui saat sarapan di Hotel Jimbaran View, dimana tamunya hampir 80 persen dari China. Tua, muda bahkan anak-anak saling berlomba mengambil makanan dalam porsi yang luar biasa jumbo.

Di satu piring ada nasi putih dengan beragam lauk seperti mie goreng, pokcay, olahan ikan, ayam, dan daging tumplek jadi satu hingga membumbung.

Piring-piring lainnya berisi omlet, kentang, roti, salad ditambah kue-kue, dan buah-buahan. Alamak seperti tidak makan seharian, seperti ajang balas dendam.

Kedua, saat makan mereka juga suka ngoceh dengan suara keras. Pokoknya berisik dan gaduh.

Ketiga, setelah selesai makan, sejumlah wisman China mengambil makanan dan aneka kue lalu dimasukkan ke dalam kantong kresek yang sudah mereka siapkan masing-masing.

Keempat, penilaian bahwa mereka jorok terlihat dari meja tempat mereka makan begitu berantakan dan kotor. Bahkan ada yang melepehkan sisa makanan di meja. Ampuuun.., joroknya.

Kelima, cara berpakaian mereka saat sarapan rada cuek. Mereka anggap hotel seperti di rumahnya saja. Ada yang cuma berkaos singlet, bercelana pendek, dan ada juga yang hanya berbaju tidur dan belum mandi pula.

Keenam, wisman China suka berkelompok, bahkan banyak juga yang membawa anak-anak saat beriwisata di Bali dengan ditemani pemandu wisata.

Ketujuh, menurut Kasi Informasi Dispar Badung Arya, hotel yang biasa diinapi wisman China umumnya hotel kelas standar menengah, hotel bintang 3 dengan kisaran harga Rp 400 ribu-Rp 600 ribu per malam.

“Jarang sekali yang inap di hotel atau resort bintang lima seperti yang ada di Nusa Dua, dan lainnya,” terang Arya.

Hotel yang kerap diinapi wisman China di Bali antara lain Jimbaran View, dan sejumlah hotel di Kute seperti Ina, Amaris, Harris, Kartika Plaza, Ramada, dan Rani.

Kedelapan, lama tingal mereka di Bali, lanjut Arya rata-rata 5 Hari. Khusus di Kabupaten Badung 3-5 hari.

Kesembilan, menurut Arya lagi berdasarkan hasil survey di Kabupaten Badung, spend money mereka rata-rata USD 160 per hari atau sekitar Rp 4 juta per hari per orang. Selain wisata belanja mereka juga suka ke pantai dan ber-water sports.

Kesepuluh, penilaian turis China suka shopping memang ada benarnya. Tapi berdasarkan pantauan TravelPlusIndonesia yang dibeli mereka kebanyakan produk-produk murah.

Contohnya di Mini Market yang buka 24 jam dekat Hotel  Jimbaran View, banyak turis China yang berbelanja (lagi-lagi) berkelompok cuma beli minuman dan snack dengan harga tak lebih dari Rp15 ribu.

Lucunya lagi, masing-masing membayarnya dengan uang kertasan Rp 100.000 dan mereka meminta kembaliannya dengan sejumlah uang kertasan Rp 10 ribuan. Dan itu bukan cuma satu-dua orang tapi hampir rata-rata turis China yang berbelanja di mini market tersebut.

Khusus di gerai-gerai suvenir khas Bali seperti di Krisna dan Joger, rata-rata turis China juga hanya beli barang-barang yang murah tapi jumlahnya besar.

Jika dibandingkan dengan turis Eropa, Malaysia, dan Singapura bahkan dengan turis Indonesia sendiri, rasanya budget yang keluarkan wisman China untuk berbelanja produk yang mahal-mahal, lebih sedikit.

Kendati begitu, kehadiran wisman China tak bisa dipungkiri meningkatkan hunian hotel di Bali sampai 60 %.

Menurut Arya secara tidak langsung kehadiran mereka juga menambah PAD Bali dan devisa bagi negara.

TravelPlusIndonesia sengaja mengulas profil wisman China ini, dengan tujuan agar destinasi lain yang juga tengah diincar wisman China seperti Manado, Jakarta, dan mungkin kelak 10 Destinasi Prioritas atau Bali-Bali Baru, jadi lebih melek.

Dengan begitu tidak akan kaget dan bisa siap menyiasatinya. Bagaimanapun kehadiran mereka, sudah menambah perbendaharaan jumlah wisman bagi Indonesia.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP